HUBUNGAN ANTARKLAUSA
Oleh Mukardi
I.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah percakapan, gagasan
yang disampaikan seseorang akan dapat dipahami oleh mitra bicaranya dengan
benar apabila dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang baik dan benar pula.
Demikian halnya dalam berbahasa tulis, diperlukan keterampilan merangkai
kata-kata, merangkai klausa, sehingga menjadi
kalimat-kalimat bermakna. Dengan keterampilan menyusun kata-kata,
klausa, kalimat diharapkan dengan menghindari penggunaan kalimat yang taksa
dalam berkomunikasi.
Agar dapat memproduksi bahasa
Indonesia dengan baik, kita harus memahami makna kata yang digunakan dan
menguasai alat-alat sintaksisnya serta struktur sintaksis. Alat sintaksis
adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi kelompok kata. Menurut
Kentjono dan Kridalaksana (dikutip Sukini, 2010:5), ada empat macam alat
sintaksis dalam bahasa Indonesia, yaitu: urutan kata, bentuk kata, intonasi,
dan kata tugas.
Sedangkan konstruksi sintaksis
adalah bangunan atau struktur yang berupa satuan-satuan bahasa yang bermakna,
yang berupa frasa, klausa, dan sintaksis (Sukini, 2010:1). Dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa unsur langsung sebuah konstruksi sintaksis adalah kata,
frasa, dan klausa.
Namun, yang akan dibahas dalam
makalah ini hanyalah tentang klausa, khususnya hubungan antarklausa. Hubungan
antarklausa ini penting dibahas karena menjadi landasan penting dalam
menyampaikan gagasan, sehingga gagasan itu dapat diterima pendengar atau
pembaca persis seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau penutur.
Hubungan antarklausa menyangkut berbagai
hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa lain di dalam kalimat
majemuk setara atau bertingkat. Hubungan antarklausa ditandai kehadiran
konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut. Hubungan
antarklausa yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hubungan antarklausa
dalam kalimat majemuk bertingkat atau hubungan subordinatif.
1.2 Permasalahan
Permasalahan
yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah hubungan koordinatif antarklausa?
2.
Bagaimanakah hubungan subordinatif antarklausa?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan
mendeskripsikan:
1.
Hubungan koordinatif antarklausa?
2.
Hubungan subordinatif antarklausa?
II.
Pembahasan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2007:574) Klausa adalah
satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Sebuah kalimat majemuk, baik setara mupun bertingkat, terdiri atas lebih
dari satu klausa yang saling berhubungan. Ada dua macam hubungan antarklausa,
yaitu hubungan koordinatif (setara) dan hubungan subordinatif (bertingkat/tak
setara).
2.1 Hubungan
Koordinatif Antarklausa
Hubungan koordinatif menunjukkan hubungan yang setara. Kata penghubung yang
digunakan hanya mengkoordinasi klausa yang setara. Hubungan koordinatif
menghasilkan klausa yang sama kedudukannya, tidak menunjukkan hirarki karena
klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang dihasilkan bukan
kalimat majemuk bertingkat, melainkan kalimat majemuk setara. Jadi, kata
penghubung pada klausa setara tidak masuk ke dalam klausa mana pun, tetapi
berdiri sendiri.
Cirri-ciri hubungan koordinatif:
- Hubungan koordinatif menggabungkan dua klausa yang dihubungkan oleh konjungtor koordinatif dapat berupa kalimat majemuk.
- Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah. Apabila posisinya diubah, perubahan itu mengakibatkan munculnya kalimat majemuk setara yang tidak berterima.
Contoh:
Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak
musuh dan mayatnya dibuang begitu
saja
Bila urutan posisi klausa pada kalimat diubah, perubahan itu akan
mengakibatkan munculnya kalimat majemuk setara yang tidak berterima.
Contoh:
Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat
orang ditembak musuh
- Urutan klausa yang tetap dalam hubungan koordinasi berhubungan erat dengan pronominalisasi.
Contoh:
Dia suka membaca cerpen, tetapi Rina tidak mau membeli buku
itu
- Sebuah koordinator dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan.
Contoh:
Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian menerimanya dengan sura bulat
Penggunaan koordinator kemudian
sesudah koordinator dan, adalah untuk
memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan hubungan waktu.
Hubungan antarklausa yang koordinatif dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu:
(1) Hubungan aditif (jumlah)
Hubungan jumlah ditunjukkan klausa kedua berisikan informasi yang
menambahkan isi informasi pada klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan
adalah dan atau bersama.
- Saya dan Hardi pergi ke sekolah
- Saya bersama teman-teman
memancing di laut
Perbedaan antara kata hubung dan
dengan bersama adalah kata
hubung dan dapat menghubungkan
nomina/frasa nomina dan nomina/frasa nominal atau pun verba/frasa verbal dan
verba/frasa verbal. Sedangkan kata hubung bersama menghubungkan nomina/frasa nominal dan nomina/frasa
nominal
(2) Hubungan adversatif (pertentangan)
Hubungan pertentangan biasanya ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan
informasi yang bertentangan dengan isi informasi pada klausa pertama. Hubungan
pertentangan terdiri atas pertentangan yang menyatakan penguatan, pertentangan
yang menyatakan implikasi, dan pertentangan yang menyatakan perluasan.
(a) Hubungan pertentangan yang menyatakan penguatan
ditunjukkan oleh klausa kedua yang menyatakan sesuatu yang merupakan
pertentangan yang menguatkan dan menandasakan informasi pada klausa pertama.
1. Ia tidak hanya rajin dan pandai,
tetapi juga teliti dan rendah hati
2. Penculikan itu tidak hanya menimbulkan marah warga,
melainkan juga menimbulkan trauma pada orang tua
(b) Hubungan pertentangan yang menyatakan implikasi ditunjukkan
oleh klausa kedua yang berisikan pertentangan terhadap implikasi informasi yang
dinyatakan oleh klausa pertama.
1. Adikku belum bersekolah,
tetapi ia sudah bisa membaca dengan mengeja
2. Aku sudah lama berdagang,
tetapi belum juga punya banyak uang
(c) Hubungan pertentangan menyatakan perluasan yang
ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan informasi tambahan untuk
melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa pertama. Kadang-kadang informasi
justru memperlemah klausa pertama.
1. Budaya daerah harus dijaga, tetapi
budaya luar yang baik jangan ditolak
2.
Anak-anak Indonesia harus diajari bahasa Indonesia dengan baik, tetapi
bahasa asing perlu juga dikuasai untuk memperluas cakrawala
(3) Hubungan alternatif (pilihan)
Hubungan pilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara berbagai
kemungkinan yang ada yang ditunjukkan oleh klausa yang dihubungkan itu.
Hubungan pilihan dapat menyatakan pertentangan, tetapi juga tidak.
(a) Hubungan pilhan yang menyatakan pertentangan
1. Aku terus bersekolah dengan sengsara atau berhenti, lalu mencari uang
2. Kau harus
mengatakan kebenaran atau kau harus berbohong dengan mendustai dirimu sendiri
(b) Hubungan pilihan yang tidak menyatakan pertentangan.
1. Dia duduk merenungkan masa
lalu ataukah sedang merancang masa datang
2. Kamu datang ke sini mau
belajar atau mau main kartu
2.2 Hubungan Subordinatif Antarklausa
Hubungan antarklausa subordinatif menunjukkan hubungan yang hirarkis. Kata
penghubung yang digunakan menyebabkan klausa yang berada di bawah klausa yang
lain karena klausa yang satu menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang
dihasilkan adalah kalimat majemuk bertingkat. Dengan kata lain, kata penghubung
pada klausa hirarkis masuk ke dalam klausa subordinat. Hubungan antara klausa
subordinatif dan klausa utama ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa
subordinatif. Hubungan itu ditunjukkan oleh jenis kata penghubung
(subordinatif) yang digunakan.
Ciri-ciri hubungan Subordinatif
- Subordinatif menghubungkan dua klausa yang salah satu di antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain. Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk.
Contoh:
Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empat belas
juta suara pemilih setelah suara itu
dihitung ulang.
- Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah.
Contoh:
Para pejuang itu pantang menyerah selama
hayat dikandung badan.
Dapat pula menjadi:
Selama hayat di kandung badan, para pejuang itu pantang
menyerah.
- Hubungan subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis.
Contoh:
Walaupun dia suka lagu keroncong,
Budi tidak mau membeli kaset itu.
Hubungan subordinatif antarklausa
(1) Hubungan sebab
Hubungan sebab terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama.
Kata penghubung yang digunakan adalah sebab,
karena, dan oleh karena.
Perhatikan contoh :
- Pusat penelitian Kependudukan terpaksa menangguhkan beberapa rencana penelitian karena belum ada tenaga yang siap
- Keadaan menjadi genting lagi oleh karena musuh akan melancarkan aksinya lagi di Bandung
(2) Hubungan akibat
Hubungan akibat terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan akibat dari kejadian atau perbuatan yang dinyatakan dalam klausa
utama. Kata penghubung yang digunakan adalah akibat, akibatnya, sehingga, maka
dan hasilnya.
Perhatikan contoh :
- Kami tidak setuju maka kami protes
- Penjelasan diberikan sekedarnya sehingga anak-anak tidak bisa mengerjakan PR
(3) Hubungan tujuan
Hubungan tujuan terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan tujuan dri apa yang disebut oleh klausa pertama. Kata penghubung
yang digunakan adalah untuk, demi, agar, supaya dan biar.
Perhatikan contoh :
- Saya bekerja sampai malam supaya anak-anak saya dapat melanjutkan sekolahnya.
- Saya sengaja tinggal di desa agar dapat mengetahui kehidupan di sana.
(4) Hubungan syarat
Klausa subordinatif kalimat yang menunjukkan hubungan syarat menyatakan
syarat terlaksananya apa yang disebutkan oleh klausa pertama. Kata penghubung
yang digunakan adalah jika, kalau, jikalau, dan asalkan.
Perhatikan contoh :
- Jika anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali
- Ini dilakukannya dalam keadaan darurat kalau waktu sedang mendesak
(5) Hubungan waktu
Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa koordinatif yang menyatakan waktu
terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan oleh klausa pertama.
Hubungan waktu terbagi menjadi waktu permulaan, waktu bersamaan, waktu
berurutan, waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan.
(a) Waktu batas permulaan
Waktu batas permulaan ditandai oleh kata penghubung sejak atau sedari
Perhatikan contoh:
- Saya sudah terbiasa hidup sederhana sejak saya masih kecil
(b) Waktu bersamaan
Waktu bersamaan ditandai oleh kata penghubung ketika, pada waktu,
(se)waktu, serta, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.
Perhatikan contoh :
- Debat sengit berlangsung terus selama sidang berlangsung.
- Aku tidak mengerti akan hal tersebut ketika aku masih anak-anak.
(c) Waktu berurutan
Waktu berurutan ditandai oleh kata penghubung sebelum, sehabis, setelah,
sesudah, seusai, dan begitu.
Perhatikan contoh :
- Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada.
- Sehabis mengerjakan pekerjaan rumahnya, Adik langsung pergi ke kamar tidur.
(d) Waktu batas akhir
Waktu batas akhir digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu proses.
Waktu batas akhir ditandai oleh kata penghubung sampai dan kepada.
Perhatikan contoh :
- Gotong-royong berjalan lancer sampai kami menyelesaikan sekolah.
- Yanti mengurus adik-adiknya hingga bapaknya pulang kantor
(6) Hubungan konsesif
Hubungan konsesif terdapat di dalam kalimat subordinatif yang klausa
pertamanya tidak mengubah pernyataan yang terdapat di dalam klausa pertama.
Hubungan konsesif biasanya ditandai oleh kata penghubung sungguh (pun), biar
(pun), meski (pun), walau (pun), sekali (pun), dan kendati (pun).
Perhatikan contoh:
- Walupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku
- Perjuangan berjalan terus kendatipun musuh telah menduduki hampir semua kota besar
(7) Hubungan cara
Hubungan cara ditandai oleh kata penghubung dengan atau tanpa.
Klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan sesuatu.
Perhatikan contoh :
- Pemburu itu menunggu diatas bukit kecil dengan jari telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya
- Petinju itu mencoba bertahan dengan kedua tangannya menutup muka
(8) Hubungan kenyataan
Klausa subordinatif pada hubungan kenyataan atau hubungan komplementatif
bertugas melengkapi verba atau melengkapi nomina subjek. Subordinator yang
dipakai adalah padahal dan sedangkan.
Perhatikan contoh :
- Dia pura-pura tidak tahu padahal ia tahu banyak.
- Ibu sedang memasak, sedangkan Ayah sedang membaca Koran
(9) Hubungan alat
Hubungan alat terdapat pada kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan
alat yang disebutkan oleh klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah
dengan, tidak dengan, memakai, dan menggunakan.
Perhatikan contoh :
- Dia menangkap ikan dengan mempergunakan kail
- Mereka membersihkan Monas tidak dengan peralatan modern.
(10) Hubungan perbandingan
Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
subordinatif dan klausa utamanya memiliki unsur yang sama dan tarafnya bersifat
sama (ekuatif) atau unurnya sama, tetapi tarafnya berbeda (komparatif).
(a) Hubungan ekuatif
Hubungan ekuatif mempersyaratkan persamaan taraf antara klausa utama dan
klausa subordinatif. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sama+adjektiva+dengan
atau se-+adjektiva
Perhatikan contoh :
- Gaji istrinya sama besar dengan gaji saya
- Rumah itu setua saya.
(b) Hubungan komparatif
Hubungan komparatif mempersyaratkan perbedaan taraf antara klausa utama dan
klausa subordinatif. Bentuk komparasi yang digunakan adalah lebih/kurang+dari
atau lebih/kurang+adjektiva+daripada.
Perhatikan contoh :
- Dia kurang mahir berbahasa Inggris daripada anaknya.
- Anak saya lebih senang nonton film mandarin daripada kartun.
(11) Hubungan hasil
Hubungan hasil terdapat di dalam kalimat majemuk yang klausa
subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan oleh
klausa utama. Hubungan hasil ditandai oleh kata penghubung sampai, sampai-sampai, sehingga, dan maka.
Perhatikan contoh :
- Biaya pengobatannya sungguh mahal sampai-sampai perhiasan istrinya habis terjual
- Kami tidak setuju maka kami protes.
(12) Hubungan atributif
Hubungan atributif ditandai oleh kata penghubung subordinatif yang.
Terdapat dua macam hubungan atributif, yaitu atributif restriktif dan atributif
takrestriktif. Kalusa dengan yang itu sering juga disebut kalusa relatif.
(a) Hubungan atributif restriktif
Hubungan seperti ini mewatasi makna nomina yang diterangkannya. Akibatnya,
keterangan pewatas itu menjadi bagian integral dari nomina yang diterangkannya
itu.
- Istrinya yang tinggal di Bogor berjualan telur
(b) Hubungan atributif takrestriktif
Klausa relatif pada hubungan atributif takrestriktif hanya memberikan
tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, kalusa relatif itu
tidak merupakan keterangan pewatas bagi nomina yang diterangkannya itu. Di
dalam bahasa tulis, kalimat dengan klausa relatif yang menjadi keterangan
tambahan itu diapit oleh tanda koma.
- Istrinya, yang tinggal di Bogor, berjualan telur
(13) Hubungan andaian
Klausa subordinatif pada hubungan pengandaian berisikian andaian atas
sesuatu yang terdapat pada klausa utama. Di dalam bahasa Indonesia terdapat
beberapa jenis andaian, seperti:
(a) Andaian yang tidak mungkin terjadi
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung andai kata, seandainya, dan
andaikan.
(b) Andaian yang mungkin terjadi
Andaian jenis ini biasanya menggunakan kata penghubung pengandaian jika,
kalau, jikalau, apabila, dan bilamana.
(c) Andaian yang menggambarkan kekhawatiran
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung jangan-jangan.
(d) Andaian yang berhubungan dengan ketidakpastian.
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung kalau-kalau.
(14) Hubungan optatif
Klausa utama
kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan harapan agar apa
yang ada pada klausa subordinatif dapat terjadi. Kata penghubung yang digunakan
adalah agar, semoga, moga-moga, dan mudah-mudahan.
Kita berdoa mudah-mudahan pertemuan ini cepat
selesai.
III. Penutup
Hubungan koordinasi adalah menggabungkan dua klausa atau lebih
yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat dalam struktur
konstituen kalimat. Hubungan koordinasi mempunyai empat cirri sintaksis yaitu:
menggabungkan dua klausa atau lebih, posisi klausa diawali oleh konjungtor dan,
atau, dan tetapi, urutan klausa yang tetap, dan dapat didahului oleh konjungtor
lain.
Subordinatif menggabungkan dua
klausa atau lebih sehingga klausa yang satu menjadi bagian klausa lain. Jadi
klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun secara subordinatif tidak
mempunyai kedudukan setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang
disusun secara subordinatif terdapat kalusa yang berfungsi sebagai konstituen
klausa lain. Artinya terdapat klausa utama dan klausa bawahan. Hubungan antara
klausa-klausa ini bersifat hirarkis. Oleh karena itu, kalimat majemuk yang
disusun secara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, A.M. Moeliono.2003.
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer,
Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah,
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional,
Pusat Bahasa.2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Penerbit
Erlangga Jakarta: PT Gelora Aksara.
No comments:
Post a Comment