Friday, 29 March 2013

Hubungan Antar Klausa



HUBUNGAN ANTARKLAUSA
Oleh Mukardi

I.         Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
            Dalam sebuah percakapan, gagasan yang disampaikan seseorang akan dapat dipahami oleh mitra bicaranya dengan benar apabila dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang baik dan benar pula. Demikian halnya dalam berbahasa tulis, diperlukan keterampilan merangkai kata-kata, merangkai klausa, sehingga menjadi  kalimat-kalimat bermakna. Dengan keterampilan menyusun kata-kata, klausa, kalimat diharapkan dengan menghindari penggunaan kalimat yang taksa dalam berkomunikasi.
            Agar dapat memproduksi bahasa Indonesia dengan baik, kita harus memahami makna kata yang digunakan dan menguasai alat-alat sintaksisnya serta struktur sintaksis. Alat sintaksis adalah alat-alat untuk menghubungkan kata-kata menjadi kelompok kata. Menurut Kentjono dan Kridalaksana (dikutip Sukini, 2010:5), ada empat macam alat sintaksis dalam bahasa Indonesia, yaitu: urutan kata, bentuk kata, intonasi, dan kata tugas.
            Sedangkan konstruksi sintaksis adalah bangunan atau struktur yang berupa satuan-satuan bahasa yang bermakna, yang berupa frasa, klausa, dan sintaksis (Sukini, 2010:1). Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa unsur langsung sebuah konstruksi sintaksis adalah kata, frasa, dan klausa.
            Namun, yang akan dibahas dalam makalah ini hanyalah tentang klausa, khususnya hubungan antarklausa. Hubungan antarklausa ini penting dibahas karena menjadi landasan penting dalam menyampaikan gagasan, sehingga gagasan itu dapat diterima pendengar atau pembaca persis seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau penutur.
             Hubungan antarklausa menyangkut berbagai hubungan yang terdapat antara satu klausa dengan klausa lain di dalam kalimat majemuk setara atau bertingkat. Hubungan antarklausa ditandai kehadiran konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut. Hubungan antarklausa yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat atau hubungan subordinatif.
1.2 Permasalahan
            Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hubungan koordinatif antarklausa?
2. Bagaimanakah hubungan subordinatif antarklausa?

1.3 Tujuan
            Penulisan makalah ini bertujuan mendeskripsikan:
1. Hubungan  koordinatif antarklausa?
2. Hubungan subordinatif antarklausa?

II. Pembahasan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2007:574) Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Sebuah kalimat majemuk, baik setara mupun bertingkat, terdiri atas lebih dari satu klausa yang saling berhubungan. Ada dua macam hubungan antarklausa, yaitu hubungan koordinatif (setara) dan hubungan subordinatif (bertingkat/tak setara).
2.1 Hubungan Koordinatif Antarklausa
Hubungan koordinatif menunjukkan hubungan yang setara. Kata penghubung yang digunakan hanya mengkoordinasi klausa yang setara. Hubungan koordinatif menghasilkan klausa yang sama kedudukannya, tidak menunjukkan hirarki karena klausa yang satu tidak menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang dihasilkan bukan kalimat majemuk bertingkat, melainkan kalimat majemuk setara. Jadi, kata penghubung pada klausa setara tidak masuk ke dalam klausa mana pun, tetapi berdiri sendiri.
Cirri-ciri hubungan koordinatif:
  1. Hubungan koordinatif menggabungkan dua klausa yang dihubungkan oleh konjungtor koordinatif dapat berupa kalimat majemuk.
  2. Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah. Apabila posisinya diubah, perubahan itu mengakibatkan munculnya kalimat majemuk setara yang tidak berterima.
Contoh:
Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh dan mayatnya dibuang begitu saja
Bila urutan posisi klausa pada kalimat diubah, perubahan itu akan mengakibatkan munculnya kalimat majemuk setara yang tidak berterima.
Contoh:
Dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh
  1. Urutan klausa yang tetap dalam hubungan koordinasi berhubungan erat dengan pronominalisasi.
Contoh:
Dia suka membaca cerpen, tetapi Rina  tidak mau membeli buku itu
  1. Sebuah koordinator dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan.
Contoh:
Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian menerimanya dengan sura bulat
Penggunaan koordinator kemudian sesudah koordinator dan, adalah untuk memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan hubungan waktu.
Hubungan antarklausa yang koordinatif dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
(1) Hubungan aditif (jumlah)
Hubungan jumlah ditunjukkan klausa kedua berisikan informasi yang menambahkan isi informasi pada klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah dan atau bersama.
- Saya dan Hardi pergi ke sekolah
- Saya bersama teman-teman memancing di laut
Perbedaan antara kata hubung dan dengan bersama adalah kata hubung dan dapat menghubungkan nomina/frasa nomina dan nomina/frasa nominal atau pun verba/frasa verbal dan verba/frasa verbal. Sedangkan kata hubung bersama menghubungkan nomina/frasa nominal dan nomina/frasa nominal
(2) Hubungan adversatif (pertentangan)
Hubungan pertentangan biasanya ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan informasi yang bertentangan dengan isi informasi pada klausa pertama. Hubungan pertentangan terdiri atas pertentangan yang menyatakan penguatan, pertentangan yang menyatakan implikasi, dan pertentangan yang menyatakan perluasan.
(a) Hubungan pertentangan yang menyatakan penguatan ditunjukkan oleh klausa kedua yang menyatakan sesuatu yang merupakan pertentangan yang menguatkan dan menandasakan informasi pada klausa pertama.
1.  Ia tidak hanya rajin dan pandai, tetapi juga teliti dan rendah hati
2. Penculikan itu tidak hanya menimbulkan marah warga, melainkan juga menimbulkan trauma pada orang tua
(b) Hubungan pertentangan yang menyatakan implikasi ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan pertentangan terhadap implikasi informasi yang dinyatakan oleh klausa pertama.
      1. Adikku belum bersekolah, tetapi ia sudah bisa membaca dengan mengeja
      2. Aku sudah lama berdagang, tetapi belum juga punya banyak uang
(c) Hubungan pertentangan menyatakan perluasan yang ditunjukkan oleh klausa kedua yang berisikan informasi tambahan untuk melengkapi apa yang dinyatakan oleh klausa pertama. Kadang-kadang informasi justru memperlemah klausa pertama.
     1. Budaya daerah harus dijaga, tetapi budaya luar yang baik jangan ditolak
     2. Anak-anak Indonesia harus diajari bahasa Indonesia dengan baik, tetapi bahasa asing perlu juga dikuasai untuk memperluas cakrawala
(3) Hubungan alternatif (pilihan)
Hubungan pilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan di antara berbagai kemungkinan yang ada yang ditunjukkan oleh klausa yang dihubungkan itu. Hubungan pilihan dapat menyatakan pertentangan, tetapi juga tidak.
(a) Hubungan pilhan yang menyatakan pertentangan
    1. Aku terus bersekolah dengan sengsara atau berhenti, lalu mencari uang
    2. Kau harus mengatakan kebenaran atau kau harus berbohong dengan mendustai dirimu sendiri
(b) Hubungan pilihan yang tidak menyatakan pertentangan.
    1. Dia duduk merenungkan masa lalu ataukah sedang merancang masa datang
    2. Kamu datang ke sini mau belajar atau mau main kartu
2.2  Hubungan Subordinatif Antarklausa
Hubungan antarklausa subordinatif menunjukkan hubungan yang hirarkis. Kata penghubung yang digunakan menyebabkan klausa yang berada di bawah klausa yang lain karena klausa yang satu menjadi bagian dari klausa yang lain. Yang dihasilkan adalah kalimat majemuk bertingkat. Dengan kata lain, kata penghubung pada klausa hirarkis masuk ke dalam klausa subordinat. Hubungan antara klausa subordinatif dan klausa utama ditentukan oleh jenis dan fungsi klausa subordinatif. Hubungan itu ditunjukkan oleh jenis kata penghubung (subordinatif) yang digunakan.
Ciri-ciri hubungan Subordinatif
  1. Subordinatif menghubungkan dua klausa yang salah satu di antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain. Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk.
Contoh:
Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empat belas juta suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang.
  1. Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah.
Contoh:
Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan.
Dapat pula menjadi:
Selama hayat di kandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.
  1. Hubungan subordinatif memungkinkan adanya acuan kataforis.
Contoh:
Walaupun dia suka lagu keroncong, Budi tidak mau membeli kaset itu.
Hubungan subordinatif antarklausa
(1) Hubungan sebab
Hubungan sebab terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena, dan oleh karena.
Perhatikan contoh :
  1. Pusat penelitian Kependudukan terpaksa menangguhkan beberapa rencana penelitian karena belum ada tenaga yang siap
  2. Keadaan menjadi genting lagi oleh karena musuh akan melancarkan aksinya lagi di Bandung
(2) Hubungan akibat
Hubungan akibat terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan akibat dari kejadian atau perbuatan yang dinyatakan dalam klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah akibat, akibatnya, sehingga, maka dan hasilnya.
Perhatikan contoh :
  1. Kami tidak setuju maka kami protes
  2. Penjelasan diberikan sekedarnya sehingga anak-anak tidak bisa mengerjakan PR
(3) Hubungan tujuan
Hubungan tujuan terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan tujuan dri apa yang disebut oleh klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah untuk, demi, agar, supaya dan biar.
Perhatikan contoh :
  1. Saya bekerja sampai malam supaya anak-anak saya dapat melanjutkan sekolahnya.
  2. Saya sengaja tinggal di desa agar dapat mengetahui kehidupan di sana.
(4) Hubungan syarat
Klausa subordinatif kalimat yang menunjukkan hubungan syarat menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebutkan oleh klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan adalah jika, kalau, jikalau, dan asalkan.
Perhatikan contoh :
  1. Jika anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali
  2. Ini dilakukannya dalam keadaan darurat kalau waktu sedang mendesak
(5) Hubungan waktu
Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa koordinatif yang menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan oleh klausa pertama. Hubungan waktu terbagi menjadi waktu permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan.
(a) Waktu batas permulaan
Waktu batas permulaan ditandai oleh kata penghubung sejak atau sedari
Perhatikan contoh:
  1. Saya sudah terbiasa hidup sederhana sejak saya masih kecil
  2.  
(b) Waktu bersamaan
Waktu bersamaan ditandai oleh kata penghubung ketika, pada waktu, (se)waktu, serta, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.
Perhatikan contoh :
  1. Debat sengit berlangsung terus selama sidang berlangsung.
  2. Aku tidak mengerti akan hal tersebut ketika aku masih anak-anak.
(c) Waktu berurutan
Waktu berurutan ditandai oleh kata penghubung sebelum, sehabis, setelah, sesudah, seusai, dan begitu.
Perhatikan contoh :
  1. Ia baru kembali ke desa setelah biaya untuk melanjutkan sekolahnya tidak ada.
  2. Sehabis mengerjakan pekerjaan rumahnya, Adik langsung pergi ke kamar tidur.
(d) Waktu batas akhir
Waktu batas akhir digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu proses. Waktu batas akhir ditandai oleh kata penghubung sampai dan kepada.
Perhatikan contoh :
  1. Gotong-royong berjalan lancer sampai kami menyelesaikan sekolah.
  2. Yanti mengurus adik-adiknya hingga bapaknya pulang kantor
(6) Hubungan konsesif
Hubungan konsesif terdapat di dalam kalimat subordinatif yang klausa pertamanya tidak mengubah pernyataan yang terdapat di dalam klausa pertama. Hubungan konsesif biasanya ditandai oleh kata penghubung sungguh (pun), biar (pun), meski (pun), walau (pun), sekali (pun), dan kendati (pun).
Perhatikan contoh:
  1. Walupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku
  2. Perjuangan berjalan terus kendatipun musuh telah menduduki hampir semua kota besar
(7) Hubungan cara
Hubungan cara ditandai oleh kata penghubung dengan atau tanpa. Klausa subordinatifnya menyatakan cara pelaksanaan sesuatu.
Perhatikan contoh :
  1. Pemburu itu menunggu diatas bukit kecil dengan jari telunjuknya melekat pada pelatuk senjatanya
  2. Petinju itu mencoba bertahan dengan kedua tangannya menutup muka
(8) Hubungan kenyataan
Klausa subordinatif pada hubungan kenyataan atau hubungan komplementatif bertugas melengkapi verba atau melengkapi nomina subjek. Subordinator yang dipakai adalah padahal dan sedangkan.
Perhatikan contoh :
  1. Dia pura-pura tidak tahu padahal ia tahu banyak.
  2. Ibu sedang memasak, sedangkan Ayah sedang membaca Koran
(9) Hubungan alat
Hubungan alat terdapat pada kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan alat yang disebutkan oleh klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah dengan, tidak dengan, memakai, dan menggunakan.
Perhatikan contoh :
  1. Dia menangkap ikan dengan mempergunakan kail
  2. Mereka membersihkan Monas tidak dengan peralatan modern.
(10) Hubungan perbandingan
Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatif dan klausa utamanya memiliki unsur yang sama dan tarafnya bersifat sama (ekuatif) atau unurnya sama, tetapi tarafnya berbeda (komparatif).
(a) Hubungan ekuatif
Hubungan ekuatif mempersyaratkan persamaan taraf antara klausa utama dan klausa subordinatif. Bentuk persamaan yang digunakan adalah sama+adjektiva+dengan atau se-+adjektiva
Perhatikan contoh :
  1. Gaji istrinya sama besar dengan gaji saya
  2. Rumah itu setua saya.
(b) Hubungan komparatif
Hubungan komparatif mempersyaratkan perbedaan taraf antara klausa utama dan klausa subordinatif. Bentuk komparasi yang digunakan adalah lebih/kurang+dari atau lebih/kurang+adjektiva+daripada.
Perhatikan contoh :
  1. Dia kurang mahir berbahasa Inggris daripada anaknya.
  2. Anak saya lebih senang nonton film mandarin daripada kartun.
(11) Hubungan hasil
Hubungan hasil terdapat di dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama. Hubungan hasil ditandai oleh kata penghubung sampai, sampai-sampai, sehingga, dan maka.
Perhatikan contoh :
  1. Biaya pengobatannya sungguh mahal sampai-sampai perhiasan istrinya habis terjual
  2. Kami tidak setuju maka kami protes.
(12) Hubungan atributif
Hubungan atributif ditandai oleh kata penghubung subordinatif yang. Terdapat dua macam hubungan atributif, yaitu atributif restriktif dan atributif takrestriktif. Kalusa dengan yang itu sering juga disebut kalusa relatif.
(a) Hubungan atributif restriktif
Hubungan seperti ini mewatasi makna nomina yang diterangkannya. Akibatnya, keterangan pewatas itu menjadi bagian integral dari nomina yang diterangkannya itu.
- Istrinya yang tinggal di Bogor berjualan telur
(b) Hubungan atributif takrestriktif
Klausa relatif pada hubungan atributif takrestriktif hanya memberikan tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, kalusa relatif itu tidak merupakan keterangan pewatas bagi nomina yang diterangkannya itu. Di dalam bahasa tulis, kalimat dengan klausa relatif yang menjadi keterangan tambahan itu diapit oleh tanda koma.
- Istrinya, yang tinggal di Bogor, berjualan telur
(13) Hubungan andaian
Klausa subordinatif pada hubungan pengandaian berisikian andaian atas sesuatu yang terdapat pada klausa utama. Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa jenis andaian, seperti:
(a) Andaian yang tidak mungkin terjadi
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung andai kata, seandainya, dan andaikan.
(b) Andaian yang mungkin terjadi
Andaian jenis ini biasanya menggunakan kata penghubung pengandaian jika, kalau, jikalau, apabila, dan bilamana.
(c) Andaian yang menggambarkan kekhawatiran
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung jangan-jangan.
(d) Andaian yang berhubungan dengan ketidakpastian.
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung kalau-kalau.
(14) Hubungan optatif
Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan harapan agar apa yang ada pada klausa subordinatif dapat terjadi. Kata penghubung yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga, dan mudah-mudahan.
Kita berdoa mudah-mudahan pertemuan ini cepat selesai.
III. Penutup
            Hubungan koordinasi  adalah menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama atau sederajat dalam struktur konstituen kalimat. Hubungan koordinasi mempunyai empat cirri sintaksis yaitu: menggabungkan dua klausa atau lebih, posisi klausa diawali oleh konjungtor dan, atau, dan tetapi, urutan klausa yang tetap, dan dapat didahului oleh konjungtor lain.
            Subordinatif menggabungkan dua klausa atau lebih sehingga klausa yang satu menjadi bagian klausa lain. Jadi klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun secara subordinatif tidak mempunyai kedudukan setara. Dengan kata lain, dalam kalimat majemuk yang disusun secara subordinatif terdapat kalusa yang berfungsi sebagai konstituen klausa lain. Artinya terdapat klausa utama dan klausa bawahan. Hubungan antara klausa-klausa ini bersifat hirarkis. Oleh karena itu, kalimat majemuk yang disusun secara subordinatif itu disebut kalimat majemuk bertingkat.











Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, A.M. Moeliono.2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa.2007. Kamus Besar Bahasa  Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Penerbit Erlangga Jakarta: PT Gelora Aksara.

No comments:

Post a Comment